Juni 01, 2009

Good Voice Requires Best Exercises

Radio adalah alat yang hanya dapat mengeluarkan suara. Suara pula yang jadi aset terpenting seorang penyiar sebagai ujung tombak, front liner, sebuah radio yang berinteraksi langsung dengan pendengar. Memiliki kualifikasi tertentu sebelum layak siar (fit to broadcast), seperti menguasai teknik siaran, teknik mikrofon (miking technique), memahami naskah siaran dan cara menyampaikannya, studio protocol atau SOP siaran, dan log program, adalah hal-hal yang penting bagi penyiar. Oleh karenanya, sebelum menjadi penyiar radio, sebaiknya seseorang mengikuti dulu pelatihan siaran radio sehingga mampu menjadi komunikator efektif.
Banyak orang terlahir dengan suara indah. Namun, kebanyakan dari kita harus bekerja keras untuk menjadi penyiar profesional. Lagi pula, menjadi penyiar profesional tidak cukup bermodal suara emas (golden voice), tapi juga perlu modal lainnya, seperti wawasan, sense of music, dan sense of humor.
Untuk mendapatkan suara yang baiik saat siaran, penyiar harus rilex dan mengatur pernapasan dengan teratur. Hal ini akan bermanfaat bagi emosi penyiar secara tidak langsung. Bernafas secara tepat adalah dasar siaran profesional. Nafas megap-megap tidak akan menghasilkan siaran yang bagus. Naskah siaran harus memberi kesempatan untuk bernafas. Ketika membaca naskah, buatlah tanda di mana akan mengambil nafas. Selain itu, sikap badan yang baik dan dukungan dari diafragma akan membuat tiap nafas bekerja lebih lama. Ini bisa dilatih dengan cara meratakan jari tangan dan tekan diafragma (rongga antara dana dan perut). Ketika mulai dengan suara rendah, tekan diafragma Anda dengan tangan. Teknik ini akan memberi kekuatan napas ekstra. Kualitas suara yang diperlukan seorang penyiar adalah “suara perut”, yaitu suara yang keluar dari rongga badan antara dada dan perut atau dikenal dengan sebutan “suara diafragma”. Jenis suara ini akan lebih bertenaga (powerful), bulat, terdengar jelas, dan keras tanpa harus berteriak.
Untuk bisa mengeluarkan suara diafragma, menurut para ahli vokal, bisa dilakukan dengan latihan pernafasan, antara lain:
1. Ucapkan huruf vocal A, I, U, E, O dengan panjang-panjang. Contoh: tarik nafas, lalu suarakan AAAAAaaaaaaaaaaaaa… (dengan bulat), terus, sampai habis nafas. Dilanjutkan lagi untuk huruf lainnya.
2. Suarakan AAAAaaaaaaa… dari nada rendah, lalu naik sampai AAAAaaaaaaa… nada tinggi.
3. Ambil napas pelan-pelan. Ketika diafragma dirasa udah penuh, buang pelan-pelan. Untuk nambah power, buang nafas itu, hela dengan cara berdesis: ss… ss… ss… (putus-putus), seperti memompa isi udara keluar. Akan tampak diafragma Anda bergerak.
4. Saat mengambil napas, bahu jangan sampai terangkat. Kalau terangkat, berarti Anda bernapas dengan paru-paru. Contoh: ketika orang sedang ambil napas mendadak karena kaget, ia akan mengambil napas dengan paru-paru. Makanya, orang kaget suka megang dada. Yang juga perlu diperhatikan adalah menjauhkan mulut dari microphone saat menarik nafas. Jangan sampai tarikan nafas Anda mengudara.
Selain itu, penyiar harus memperhatikan intonasi (intonation) , yaitu nada suara, irama bicara, atau alunan nada dalam melafalkan kata-kata, sehingga tidak datar atau tidak monoton. Intonasi menentukan ada tidaknya antusiasme dan emosi dalam berbicara. Dan juga artikulasi (articulation), yaitu kejelasan pengucapan kata-kata. Disebut juga pelafalan kata (pronounciation). Setiap kata yang diucapkan saat siaran harus jelas, agar info yang disampaikan tidak berubah maknanya. Hal ini juga akan dipengaruhi kecepatan (speed) bicara penyiar. Info yang disampaikan terlalu cepat akan sulit diikuti dan didengarkan. Namun jika terlalu lambat, info akan terdengar membosankan. Jadi harus digunakan speed yang sesuai, dan juga penekanan (stressing) pada kata atau kalimat yang dirasa penting umtuk menguatkan maknanya.
Semua itu memerlukan latihan dan pengalaman dari kejadian-kejadian selama siaran. Penyiar juga harus terus memperbaiki kualitas siarannya.